Senin, 24 Oktober 2016

Aliran dalam Filsafat (Filsafat Islam) END

9. Filsafat Islam

Kata filsafat dikalangan umat Islam diartikan dengan makna hikmah, ini terbukti dari kebanyakan pengarang Arab menempatkan kalimat hikmah di tempat kalimat filsafat, dan menempatkan kalimat hakim di tempat kalimat filosof. Namun demikian, mereka menempatkan kata hikmah itu berada di atas kata filsafat. Sehingga Ibnu Siba misalnya, menyebutkan bahwa hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia.

Menurut Sirajuddin Zar (2004: 15) (dalam Susanto, 2011: 42), filsafat Islam adalah perkembangan pemikiran umat Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran Islam. Menurut Zar, filsafat Islam cakupannya sangat luas, bukan hanya masalah alam semesta dan seisinya saja. Filsafat Islam juga membahas yang sudah pernah dibahas filsafat Yunani dan lainnya dan bahkan membahas masalah-masalah yang belum pernah dibahas filsafat sebelumnya seperti filsafat kenabian dan masalah ruh yang sangat kompleks itu. Dan yang paling spesifik, sekaligus merupakan kelebihan filsafat lainnya adalah dalam filsafat Islam terdapat pemaduan antara agama dan filsafat, antara akidah dan hikmah, antara wahyu dan akal, yang dalam filsafat Yunani dan lainnya tidak diketemukan.

Filsafat Islam dapat diartikan sebagai filsafat yang dikembangkan oleh orang-orang Islam (muslim) yang mengkaji masalah hakikat yang ada, dari mana asalnya, dan ke mana akhirnya, serta cara-cara mendapatkan hakikat pengetahuan yang benar dan menetapkan ukuran benar dan salah, baik dan buruk, serta teori kebahagiaan. Dalam hal masalah ketuhanan, mereka telah mengemukakan pembahasan bukan saja sekadar adanya Allah, tetapi berkaitan dengan sifat-sifat dan keesaannya, serta qadha dan qadar yang tidak ada dalam filsafat Yunani. Misalnya filosof yang sangat terkenak terutama dalam kajian ilmu kalamnya adalah Al-Kindi (801-873 M.). Al-Kindi termasuk di dalam kelompok pemikir Islam yang belajar filsafat yang terkenal dengan sebutan filsafat ketuhanan dan filsafat jiwa. Dalam kitabnya yang popular, "Fi al Falsafat al-'Ula", Al-Kindi membahas tentang masalah ketuhanan sesuai dengan ajaran Islam, bahwa Allah adalah wujud yang sebenarnya, bukan berasal dari tiada kemudian ada. Ia mustahil tidak ada dan selalu ada dan akan ada selamanya. Allah adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului wujud lain. Wujud-Nya tidak berakhir sedangkan wujud lain disebabkan wujud-Nya.

Tokoh-tokoh filosof Islam lainnya yang terkenal adalah antara laib Al-Ghazali (1059-1111), ia dikenal sebagai filosof pertama yang berhasil merekonsiliasikan antara rasionalisme, ritualisme, dogmatisme, mistisisme. Dalam kitabnya yang sangat terkenal, Tahafut al-Falasifat, Al-Ghazali mempersoalkan masalah 'menyalahi kebiasaan' (khariq al-'adat) yang erat kaitannya dengan masalah hukum kausalitas, dalam pengertian, apakah hubungan antara sebab dan akibat merupakan hubungan yang pasti. Menurut Al-Ghazali, hubungan antara sebab dan akibat tidak bersifat dharuriy (kepastian), dalan pengertian keduanya masing-masing memiliki individualitasnya sendiri. Terjadinya segala sesuatu di dunia ini karena kekuasaan dan kehendak Allah semata.

Selain Al-Ghazali, filosof Muslim lain yang terkenal, yang juga membahas masalag ketuhanan adalah Al-Farabi. Al-Farabi dalam pembahasan ketuhanan mengemukakan dalil wajib al-wujud dan mukmin al-wujud. Menurutnya segala yang ada ini hanya dua kemungkinan dan tidak ada alternatif yang ketiga. Wajib al-wujud adalah wujudnta tidak boleh tidak mesti ada, ada dengan sendirinya, karena naturnya sendiri yang menghendaki wujudnya. Esensinya tidak dapat dipisahkan dari wujud, keduanya adalah sama dan satu. Ia adalah wujud yang sempurna dan adanya tanpa sebab dan wujudnya tidak terjadi karena lainnya. Ia ada selamanya dan tidak didahului oleh tiada. Selain kedua filosof di atas, filosof-filosof lain yang namanya menghiasi lembaran sejarah emas filsafat Islam antara lain Ibn Sina, Ibn Rusyd, Ibn Taymiyah, dan lain-lain.

Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.

1 komentar: