Sebagai tokohnya Epicurus (341-271 SM), lahir di Samos dan mendapatkan
pendidikan di Athena. Ia mendapat pengaruh dari ajaran Democritos dan
Aristophos. Pokok
ajarannya adalah bagaimana agar manusia itu dalam hidupnya bahagia.
Epicurus mengemukakan bahwa agar manusia dalam hidupnya bahagia terlebih dahulu
harus memperoleh ketenangan jiwa (atararia).
Menurut kenyataan, banyak manusia yang hidupnya tidak bahagia karena mengalami
ketakutan. Jadi, apabila manusia telah
dapat menghilangkan ketakutannya itu, niscaya manusia akan memperoleh
ketenangan jiwa, yang selanjutnya akan memperoleh kebahagiaan.
Terdapat tiga ketakutan dalam diri manusia seperti
berikut ini.
Pertama, agar manusia tidak takut terhadap
kemarahan dewa. Sesungguhnya tidak beralasan manusia takut
terhadap kemarahan dewa karena dewa mempunyai dunianya sendiri dan manusia
mempunyai dunianya sendiri. Jadi dunia dewa dengan manusia lain.
Kadua, agar manusia tidak takut terhadap kematian.
Tidak beralasan apabila manusia takut terhadap kematian karena kematian itu
merupakan akhir suatu kehidupan dan setelah manusia hidup, tidak ada kehidupan
lagi Jadi manusia tidak perlu takut akan kematian.
Ketiga, agar manusia tidak takut terhadap
nasib. Karena nasib manusia bukan
ditentukan oleh dewa, akan tetapi ditentukan oleh atom-atom. Dengan demikian, adanya nasib manusia itu
tergantung dari gerak atom-atom yang terdapat dalam diri manusia. Maka tidak ada alasan untuk takut terhadap
nasib.
Untuk mencapai kebahagiaan manusia harus
menghilangkan rasa ketakutan terhadap kemarahan dewa, kematian, dan akan nasib.
Sumber: Achmadi, Asmoro.
2008. Filsafat Umum. Jakarta: PT
RajaGrafindo Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar