Senin, 05 Desember 2016

Bagaimana Cara Belajar Filsafat?



Mengikuti Marx B. Woodhouse (2000), dia mengemukakan beberapa syarat untuk belajar (ber)filsafat. Adapun bebrapa syarat tersebut antara lain:
1.  Untuk berfilsafat diperlukan empat sikap batin yang mendukung terjadinya komunikasi secara efektif. Adapun empat sikap bain tersebut adalah sebagai berikut:
a.   Keberanian untuk menguji secara kritis hal-hal yang kita yakini.
b.   Kesediaan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis tentatif dan untuk memberikan tanggapan awal terhadap suatu pernyataan filsafat (termasuk pertanyaan dan tanggapan yang terkadang kelihatan aneh sekalipun)
c.   Kesediaan untuk menempatkan tekad pencaria kebenaran di atas kepuasan diri sendiri karena telah “menang” dalam suatu perdebatan atau kekecewaan karena “kalah”
d.   Kemampuan untuk memisahkan sikap/ pandangan atau konflik pribadi karena ketidakmampuan memisahkan hal yang “pribadi” ini akan membuat kekaburan berpikir dan menghambat diskusi.
2. Berfilsafat adalah keterampilan yang mesti dikembangkan dalam praktik (lantaran sedikit aturan atau “resep” dalam filsafat yang dapat dihafal dan diterapkn secara mekanis). Di samping itu, karena persoalan filsafat sangat beragam dan licin, maka peminat filsafat mesti daoat enggunakan berbagai metode secara sensitif dan tepat, dengan menyadari kekhususan dan keterkaitannya dengan yang lain.
3.   Kita harus “belajar filsafat” dan “berfilsafat” sekaligus. Ini bisa dilakukan degan membaca karya-karya filsuf/ imuwan besar egan sikap kritis, lama-kelamaan akan terlatih berpikir secara filosofis., dan cara berpikir yang demikian akan menjadi suatu kebiasaan.
4.    Dalam berfilsafat/ berpikir, hindarilah bersikap kekeuh dengan pendapat pribadi (karena pendpat sendiri pun belum tentu bisa memenuhi kriteria kebenaran bagi berbagai argumen atau teori). Dengan kata lain, perlu argumen yang jelas mengapa Anda etuju atau menyatakan bahwa suatu pendapat atau teori lebih baik dari pendpat atau teori lain.
5.    Jangan mencampuradukkan anatra “argumen filosofis” dengan “praktik psikologi”.
6.       Filsafat memiliki dua sisi, yakni sisi kritis dan konstruktif. Umunya kita terlebih dahulu belajar menganalisis berbagai sudut pandag filsafat orang lain sebelum kita menyusun spekulasi teoritis sendiri. Kritik pun bersifat konstruktif dengan cara mengkritik keemahan-kelemahan teori/ argumen orang lain. Biasanya, dengan cara ini, pandangan baru akan muncul da bisa lebih baik dari pendapat sebelumnya.
7.       Ketika mengkritik pendapat/ argumen orang lain, usahakanlah terlebih dahulu mempertimbangkan kekuatan kritik anda. Hati-hatilah membuat pernyataan atau kesimpulan karena terdapat sejumlah klaim model dan cara pembuktiannya berbeda.



Sumber: Lubis, Akhyar Yusuf. 2015. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar