Mengikuti
Marx B. Woodhouse (2000), dia mengemukakan beberapa syarat untuk belajar
(ber)filsafat. Adapun bebrapa syarat tersebut antara lain:
1. Untuk
berfilsafat diperlukan empat sikap batin yang mendukung terjadinya komunikasi
secara efektif. Adapun empat sikap bain tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Keberanian untuk menguji secara
kritis hal-hal yang kita yakini.
b.
Kesediaan untuk mengajukan
hipotesis-hipotesis tentatif dan untuk memberikan tanggapan awal terhadap suatu
pernyataan filsafat (termasuk pertanyaan dan tanggapan yang terkadang kelihatan
aneh sekalipun)
c.
Kesediaan untuk menempatkan tekad
pencaria kebenaran di atas kepuasan diri sendiri karena telah “menang” dalam
suatu perdebatan atau kekecewaan karena “kalah”
d.
Kemampuan untuk memisahkan sikap/
pandangan atau konflik pribadi karena ketidakmampuan memisahkan hal yang
“pribadi” ini akan membuat kekaburan berpikir dan menghambat diskusi.
2. Berfilsafat
adalah keterampilan yang mesti dikembangkan dalam praktik (lantaran sedikit
aturan atau “resep” dalam filsafat yang dapat dihafal dan diterapkn secara
mekanis). Di samping itu, karena persoalan filsafat sangat beragam dan licin,
maka peminat filsafat mesti daoat enggunakan berbagai metode secara sensitif
dan tepat, dengan menyadari kekhususan dan keterkaitannya dengan yang lain.
3. Kita
harus “belajar filsafat” dan “berfilsafat” sekaligus. Ini bisa dilakukan degan
membaca karya-karya filsuf/ imuwan besar egan sikap kritis, lama-kelamaan akan
terlatih berpikir secara filosofis., dan cara berpikir yang demikian akan
menjadi suatu kebiasaan.
4. Dalam
berfilsafat/ berpikir, hindarilah bersikap kekeuh
dengan pendapat pribadi (karena pendpat sendiri pun belum tentu bisa memenuhi
kriteria kebenaran bagi berbagai argumen atau teori). Dengan kata lain, perlu
argumen yang jelas mengapa Anda etuju atau menyatakan bahwa suatu pendapat atau
teori lebih baik dari pendpat atau teori lain.
5. Jangan mencampuradukkan anatra “argumen filosofis” dengan “praktik
psikologi”.
6. Filsafat memiliki dua sisi, yakni sisi kritis dan konstruktif. Umunya kita
terlebih dahulu belajar menganalisis berbagai sudut pandag filsafat orang lain
sebelum kita menyusun spekulasi teoritis sendiri. Kritik pun bersifat
konstruktif dengan cara mengkritik keemahan-kelemahan teori/ argumen orang
lain. Biasanya, dengan cara ini, pandangan baru akan muncul da bisa lebih baik
dari pendapat sebelumnya.
7. Ketika mengkritik pendapat/ argumen orang lain, usahakanlah terlebih dahulu
mempertimbangkan kekuatan kritik anda. Hati-hatilah membuat pernyataan atau
kesimpulan karena terdapat sejumlah klaim model dan cara pembuktiannya berbeda.
Sumber: Lubis, Akhyar
Yusuf. 2015. Filsafat Ilmu: Klasik Hingga
Kontemporer. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar