Apa gunanya ujian jika hanya memacu ketidakjujuran. Apa gunanya ujian jika mereka yang takut dan gelisah sampai-sampai melanggar aturan. Apa gunanya ujian jika mereka yang kurang usaha hanya ingin nikmat hasilnya saja. "Hasil bagus" ya itulah tujuan mereka sampai-sampai mencontek sana-sini, sampai-sampai tega berbohong pada diri sendiri atas kemampuannya. Padahal, anugerah Allah terhadap individu itu pasti ada, pasti! Kenapa sih, banyak orang yang tega nian kepada dirinya? Membohongi atau menyembunyikan kemampuan hebatnya, yang padahal belum tentu orang lain punya 'kehebatan' itu.
Dalam tulisan ini, bukannya saya bermaksud 'menceramahi' atau bahkan 'sok alim'. Saya akui, saya dulu pernah mencontek (tidak sering, hanya pada kondisi saya tidak belajar untuk ujian) -mencontek di sini lebih ke ujian. Saya ini tergolong ke orang yang pelit memberi contekan sejak Sekolah Dasar. Bahkan ada teman saya yang tahu betul sifat saya ini. Kejadian mencontek itu terjadi karena saya tidak belajar untuk ujian. Kurang persiapan dan itu sangat saya sesalkan sampai sekarang. Kurang persiapan mungkin itu jadi faktor mencontek. Sekarang, saya sedang berusaha dengan tidak tergoda untuk mencontek. Bismillah.
Perlukah mencontek? Walau 'kepepet'? Tidak!!! Untuk reader, lebih baik kosongkan jawabannya. Jangan sesekali tergoda untuk mencontek. Ntah walau nilai itu dipandang tinggi lebih baik hasil kecil (walau ketidakpuasan pasti ada) tak apa, itu loh kemampuan mu. Hasil kecil itu artinya perlu belajar lagi. Tidak apa salah, toh masih bisa diperbaiki dirumah. Yang penting reader tahu jawabannya yang benar. Cukup.
Coba pikirkan, saat orang tuamu rela menghabiskan berjuta-juta rupiah, tapi kemampuan reader bahkan hanya sedikit. Bukankah itu menyakitkan? Setidaknya, jika memang reader ingin membanggakan mereka, banggakanlah dengan cara yang halal. Ujian memang baik. Ujian diperlukan untuk mengukur seberapa mampukah kita untuk bidang studi tertentu. Yang salah di sini adalah peserta ujiannya. Kurangnya persiapan dan tidak adanya dinding agama yang membatasi akan memunculkan tindakan tercela. Mencontek.
Bagaimana agar saya bisa berhenti mencontek?
Untuk reader yang ingin mencoba berhenti mencontek, cobalah untuk berusaha sebelum ujian. Belajarlah walau berat hati melakukannya. Coba juga ubah posisi duduknya di depan saat ujian --bukan berarti yang suka duduk di belakang suka mencontek, bukan! (ini bisa dilakukan saat reader di bangku kuliah). Alasannya adalah jika duduk di depan akan meningkatkan kepercayaan diri reader untuk menjawab soal dan reader tidak akan tergoda untuk mencontek (karena akan dekat dengan pengawas ujian). Lakukakan hal itu sesering mungkin sampai candu menconteknya hilang. Selain itu, berdo'alah sebanyak yang reader bisa. Kita ini manusia yang beragama punya Tuhan. Allah tidak tidur, Allah maha Mendengar. Nah, jika usaha disertai do'a, sudah pasti reader memiliki ketenangan saat ujian. Ketenangan ini mengakibatkan reader menyerahkan segala usaha yang reader lakukan kepada Allah. Betapapun kerasnya usaha reader, jika reader tidak meminta restu-Nya bukankah itu akan sia-sia?
Mencontek atau tidak mencontek menjadi prinsip bagi seseorang. Dan prinsip itu, pastinya tiap orang berbeda-beda. Mungkin ada sebagian reader yang kurang setuju dengan apa yang paparkan. Namun, ingatlah! Nilai tinggi bukanlah jaminan atas sebuah kata 'sukses'. Itu bergantung pada pengertian 'sukses' menurut reader. Tapi bagi saya, 'sukses' itu ketika Allah menyediakan hasil terbaik untuk saya karena usaha saya sendiri. Reader dan saya adalah tokoh utama-Nya dan Allah adalah penulis skenario terbaik untuk reader dan saya di seluruh jagad raya ini. Selesai~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar