Berpendapat bahwa sekolah
berfungsi sebagai alat untuk memelihara warisan budaya. Sumbangan sekolah bagi
perbaikan sosial tergantung pada keberhasilan mewariskan budaya. Sedangkan
perenialisme berpendapat bahwa sekolah berfungsi sebagai suatu alat untuk
memelihara dan memperbaiki masyarakat. Tetapi tradisi saja tidak cukup,
sehingga diperlukan kestabilan yang ditopang oleh agama atau ajaran metafisika.
Berbeda dengan ketiga aliran tersebut di atas, rekonstruksionalisme lebih
mengutamakan pada pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan sosial dalam rangka
pembangunan masyarakat sekolah, tidak cukup hanya mengembangkan
kemampuankemampuan memecahkan masalah-masalah sosial saja, tetapi lebih dari
itu hendaknya mengembangkan kemampuan-kemampuan untuk melakukan pembangunan
masyarakat. Sekarang bagaimana pendekatan filsafi terhadap pendidikan, sehingga
menghasilkan konsep-konsep yang dapat digunakan dalam rangka memperbaiki dan
mengkritisi masalah-masalah pendidikan secara empirik.
Ilmu Pendidikan
menganalisa persoalan-persoalan pendidikan dengan jalan menganalisis permasalahan
sedetail mungkin sehingga menemukan unsurunsurnya yang terkecil; setelah
mengamati secara empirik karakteristik unsurunsur itu, maka dicari kesimpulan
yang berlaku umum, yaitu yang berlaku pada semua bagian (unsur) tersebut.
Sejarah pendidikan sebagai ilmu pendidikan historis, meneliti obyeknya dan
berusaha memberikan deskripsi peristiwa sejarah pendidikan secara individual.
Di lain pihak filsafat mendekati masalah pendidikan secara sinoptik atau
komprehensif. Sinoptik mempunyai pengertian memadukan pandangan, yaitu dari sin
= bersama atau memadukan, dan optik = penglihatan, pandangan, dan thesa berarti
pendirian. Jadi pengertian sinoptik adalah memadukan pandangan secara
keseluruhan, sehingga membentuk suatu sistem pemikiran tertentu secara utuh.
Proses berfikir filsafati juga bisa dengan model sinthetik, yaitu memadukan
keseluruhan pendirian menjadi suatu sistem pemikiran yang utuh. Bila ilmu
pendidikan menganalisa, maka filsafat mensintesa. Alat yang menyatukan dalam
prosesberfikir sintetis itu ialah pendirian filsafi, yaitu apabila filsafat itu
menjawab masalah-masalah filsafat seperti apakah manusia itu, apakah hidup itu,
apakah materi itu, apakah sebenarnya kenyataan itu dan sebagainya.
Pendekatan sinoptik itu
didasarkan pada ciri filsafat yang memandang dunia (universe) secara
komprehensif, berbeda dengan ilmu yang mencoba memahami suatu bagian dari
lingkungan kita. Tiap-tiap ilmu memperhatikan salah satu bidang kehidupan
manusia. Bidang kehidupan yang diteliti oleh ilmu disebut obyek ilmu. Misalnya
obyek kajian ilmu pendidikan (pedagogik) adalah situasi pendidikan, yaitu
hubungan antara pendidik dengan anak didik ketika pendidik dengan sengaja
berusaha membantu anak didik itu dalam perkembangannya ke arah kedewasaan.
Kajian filsafat
pendidikan terhadap empirik pendidikan, adalah berupaya untuk memahami dan
merenungkan bukan hanya hakekat situasi pendidikan, melainkan keseluruhan
masalah pendidikan baik mikro maupun ,makro. Selain itu filsafat pendidikan
menguji pemahamannya tentang apakah mendidik itu dengan kriteria yang bersumber
dari pendirian-pendirian filsafi tentang hakekat manusia, hakekat hidup,
tubuh-jiwa, dan sebagainya. Pendekatan sinoptik juga berupaya merenungkan
secara spekulatif mengenai persoalan-persoalan pendidikan itu. Berfikir secara
spekulatif mengandung makna bahwa pendidikan membutuhkan
pertimbangan-pertimbangan yang disusun berdasar pada aturan, berfikir yang
ketat, sehingga hasil pemikiran spekulatif haruslah merupakan suatu pemikiran
yang logis. Demikian pula, pemikiran spekulatif membutuhkan kemampuan
antisipasi tinggi untuk mengetahui lebih dahulu apa yang akan terjadi. Berpikir
spekulatif menuntut bukan hanya segi pengetahuan, tetapi terutama kepekaan
untuk menghayati persoalan pendidikan. Dengan demikian, pendekatan filsafi
membantu memecahkan persoalan pendidikan tidak hanya secara rasional, tetapi
juga secara artistik. Prinsip ini cocok dengan pandangan bahwa mendidik itu
adalah seni. Namun pendidikan juga membutuhkan pendekatan ilmiah, untuk
memahami gejala empirik pendidikan dapat diprediksi keberhasilannya, agar
tindakan mendidik lebih efektif, efisien, dan relevan dengan kebutuhan
masyarakatnya.
SUMBER : Suyitno, Y. 2009. Landasan Filosofis Pendidikan. [Tersedia
Online: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195009081981011-Y._SUYITNO/LANDASAN_FILOSOFIS_PENDIDIKAN_DASAR.pdf
, diakses pada tanggal 28 November 2016 pukul 12.47 WIB]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar