Filsafat
berangkat dari pengalaman dan kembali kepada pengalaman. Pengalaman Anda sudah kaya, tetapi sering bercampur dengan kegelapan. Ada
saatnya bahagia, ada saatnya aku tidak lahu mau kemana. Ada saatnya aku merasa Tuhan dekat. Pada saat
yang lain aku bertanya tanya dan ragu. Dalam pergaulan dengan sesama, ada
saatnya aku merasa sangat gembira dan senang,
tetapi ada saatnya aku acuh tak acuh bahkan merasa benci. Aku
mengucapkan kata-kata yang indah tentanp Refl hidup sesudah kematian, tetapi
aku takut mati. Pengalaman Anda sudah
kaya, tetapi pengalaman itu disertai dengan banyak pertanyaan. Manusia,
siapakah dia? Manusia merasa heran dan bertanya. Manusia mulai berpikir dan berefleksi atas
pengalamannya. Dengan demikian, lahirlah
filsafat dan juga pertanyaan yang khas untuk filsafat manusia. Mungkin Anda
bertanya, "Apa itu filsafat manusia?" dan "Apa
tujuannya?"
Filsafat
manusia dapat dirumuskan sebagai suatu refleksi atas pengalaman yang
dilaksanakan dengan rasional, kritis serta ilmiah, dan dengan maksud untuk
memahami din manusia dari yang paling azasi. Kata "refleksi" berasal
dan bahasa Latin "reflectre" yang artinya "melentukkan ke
belakang". Dalam refleksi, manusia kembali kepada dirinya sendiri.
Refleksi ini digerakkan oleh rasa heran atau karena timbulnya keraguan. Aku
ingin memahami diriku secara lebih mendalam. Titil tolak refleksi untuk
filsafat manusia adalah pengalaman manusiawi. Tidak semua hal yang terjadi pada
diri manusia dapat dikatakan bersifat khas manusiawi, melainkan hanya hal-hal
yang berhubungan dengan hakikatnya sebagai manusia. Seekor kerbau sakit dan
menderita, tetapi penderitaan seekor kerbau berbeda dengan penderitaan manusia.
Manusia tahu ia sakit, ia dapat pasrah atau protes, ia dapat menemukan arti
penderitaannya. Ia dapat berdistansi dan mengambil sikap terhadapnya. Suatu
pengalaman menjadi pengalaman manusiawi kalau pengalaman itu khas untuk manusia
karena dia manusia. Hewan tidak merasa heran, tidak bertanya, tidak berpikir,
tidak bebas, tidak mencintai, tidak bekerja, tidak sosial dan tidak berbudaya. Kematian seekor hewan berbeda dengan kematian
seorang manusia. Manusia tahu ia akan mati. Justru refleksi atas pengalaman
yang khas manusiawi itulah yang menghasilkan paham lebih mendalam tentang diri
dan kedudukan manusia yang khas di tengah makhluk yang lain.
Tujuan
filsafat manusia adalah untuk memahami diri manusia dan segi yang paling
asasi. Filsafat tidak puas dengan
jawaban yang dangkal. Paham diperoleh
dengan menemukan hal yang paling asasi.
Dari hal yang paling asasi, cahaya masuk ke dalam pengalamanku dan untuk
seluruh diri manusia. Dalam cahaya itu kulihat an lebih terang kekhasan manusia
di tengah makhluk yang lain.
SUMBER :Snijders, Adelbert dan OFMCap. 2004. Antropologi Filsafat: Manusia, Paradoks, dan
Seruan. Daerah Istimewa Yogyakarta: PT Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar