Senin, 05 Desember 2016

Filsafat Manusia: Apa itu?


Filsafat berangkat dari pengalaman dan kembali kepada pengalaman.  Pengalaman Anda sudah kaya,  tetapi sering bercampur dengan kegelapan. Ada saatnya bahagia, ada saatnya aku tidak lahu mau kemana.  Ada saatnya aku merasa Tuhan dekat. Pada saat yang lain aku bertanya tanya dan ragu. Dalam pergaulan dengan sesama, ada saatnya aku merasa sangat gembira dan senang,  tetapi ada saatnya aku acuh tak acuh bahkan merasa benci. Aku mengucapkan kata-kata yang indah tentanp Refl hidup sesudah kematian, tetapi aku takut mati.  Pengalaman Anda sudah kaya, tetapi pengalaman itu disertai dengan banyak pertanyaan. Manusia, siapakah dia? Manusia merasa heran dan bertanya.  Manusia mulai berpikir dan berefleksi atas pengalamannya. Dengan demikian,  lahirlah filsafat dan juga pertanyaan yang khas untuk filsafat manusia. Mungkin Anda bertanya, "Apa itu filsafat manusia?" dan "Apa tujuannya?" 
Filsafat manusia dapat dirumuskan sebagai suatu refleksi atas pengalaman yang dilaksanakan dengan rasional, kritis serta ilmiah, dan dengan maksud untuk memahami din manusia dari yang paling azasi. Kata "refleksi" berasal dan bahasa Latin "reflectre" yang artinya "melentukkan ke belakang". Dalam refleksi, manusia kembali kepada dirinya sendiri. Refleksi ini digerakkan oleh rasa heran atau karena timbulnya keraguan. Aku ingin memahami diriku secara lebih mendalam. Titil tolak refleksi untuk filsafat manusia adalah pengalaman manusiawi. Tidak semua hal yang terjadi pada diri manusia dapat dikatakan bersifat khas manusiawi, melainkan hanya hal-hal yang berhubungan dengan hakikatnya sebagai manusia. Seekor kerbau sakit dan menderita, tetapi penderitaan seekor kerbau berbeda dengan penderitaan manusia. Manusia tahu ia sakit, ia dapat pasrah atau protes, ia dapat menemukan arti penderitaannya. Ia dapat berdistansi dan mengambil sikap terhadapnya. Suatu pengalaman menjadi pengalaman manusiawi kalau pengalaman itu khas untuk manusia karena dia manusia. Hewan tidak merasa heran, tidak bertanya, tidak berpikir, tidak bebas, tidak mencintai, tidak bekerja, tidak sosial dan tidak berbudaya.  Kematian seekor hewan berbeda dengan kematian seorang manusia. Manusia tahu ia akan mati. Justru refleksi atas pengalaman yang khas manusiawi itulah yang menghasilkan paham lebih mendalam tentang diri dan kedudukan manusia yang khas di tengah makhluk yang lain.  
Tujuan filsafat manusia adalah untuk memahami diri manusia dan segi yang paling asasi.  Filsafat tidak puas dengan jawaban yang dangkal.  Paham diperoleh dengan menemukan hal yang paling asasi.  Dari hal yang paling asasi, cahaya masuk ke dalam pengalamanku dan untuk seluruh diri manusia. Dalam cahaya itu kulihat an lebih terang kekhasan manusia di tengah makhluk yang lain.


SUMBER :Snijders, Adelbert dan OFMCap. 2004. Antropologi Filsafat: Manusia, Paradoks, dan Seruan. Daerah Istimewa Yogyakarta: PT Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar