Plato (427-347 SM)
Plato
adalah pengikut Socrates yang taat di antara para pengikutnya yang mempunyai pengaruh
besar. Selain dikenal sebagau ahli pikir juga dikenal sebagai sastrawan yang terkenal.
Tulisannya sangat banyak sehingga keterangan tentang dirinya dapat diperolehnya
secara cukup.
Ia
lahir di Athena dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari socrates,
Pythagoras, dan Elia, akan trtapi ajarannya yang paling besar pengaruhnya adalah
dari nama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Sebagai orang yang dilahirkan dalam
lingkungan keluarga bangsawan ia mendapatkan pendidikan yang baik dari seorang bangsawan,
bernama Pyrilampes. Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian menjadi
gurunya selama 8 tahun.
Pada
usia 40 tahun ia mengunjungi ltalia dan Sicilia, untuk belajar ajaran Pythagoras, kemudian sekembalinya ia mendirikan sekolah: Akademia.
Sekolah tersebut dinamakan Akademis,
karena berdekatan dengan kuil Akademos seorang pahlawan Athena. Ia memimpin sekolah tersebut selama 40 tahun. Ia memberikan pengajaran secara baik dalam bidang
ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama bagi
orang-orang yang akan menjadi politikus.
Sebagai
titik tolak pemikiran filsafatnya, ia mencoba
menyelesaikan permasalahan lama: mana yang
benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenides). Mana yang benar antara mana pengetahuan yang lewat
indra dengan pengetahuan yang lewat akal. Pengetahuan yang diperoleh lewat indra disebutnya pengetahuan indra den
atau pengetahuan pengalaman. Sementara itu, pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebut
pengetahuan akal. Pengetahuan indra atau
pengetahuan pengalaman bersifat tidak tetap atau berubah-ubah sedangkan pengetahuan
akal bersifat tetap atau tidak berubah-ubah.
Sebagai
contoh, terdapat banyak segitiga yang bentuknya
berlain-lainan menurut pengetahuan indra atau pengetahuan pengalaman tetapi dalam
ide atau pikiran bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap, dan ini menurut pengetahuan akal.
Dunia Ide dan Dunia Pengalaman
Sebagai
penyelesaian persoalan yang dihadapi Plato tersebut di atas, ia menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya
berada dalam dua dunia, yaitu dunia pengalaman
yang bersifat tidak tetap, bermacam-macam
dan berubah serta dunia ide yang bersifat tetap, hanya satu macam, dan tidak berubah. Dunia pengalaman merupakan bayang-bayang dari dunia
ide sedangkan dunia ide merupakan dunia yang sesungguhnya, yaitu dunia realitas Dunia inilah yang menjadi
“model” dunia pengalaman. Dengan demikian, dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas itu
adalah dunia ide.
Jadi, Plato,
dengan ajarannya tentang ide, berhasil
menjembatani pertentangan pendapat antara Herakleitos dan Parmenides. Plato mengemukakan bahwa
ajaran dan pemikiran Herakleitos itu benar tetapi hanya berlaku pada dunia pengalaman. Sebaliknya, pendapat Parmenides juga benar, tetapi hanya berlaku pada dunia ide yang hanya
dapat dipikirkan oleh akal.
Dibandingkan
dengan gurunya, Socrates, Plato telah maju selangkah dalam pemikirannya. Socrates baru sampai pada
pemikiran tentang sesuatu yang umum dan merupakan hakikat suatu realitas, tetapi Plato
telah mengembangkannya dengan pemikiran bahwa hakikat suatu realitas itu
bukan “yang
umum” tetapi yang mempunyai kenyataan
yang terpisah dari sesuatu yang berada secara konkret, yaitu ide. Dunia ide inilah yang hanya
dapat dipikirkan dan diketahui oleh akal.
Pemikirannya
tentang Tuhan, Plato mengemukakan bahwa terdapat
beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas apabila tidak mengetahuinya. Masalah tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Manusia itu mempunyai Tuhan
sebagai pencipuanya
b.
Tuhan itu mengetahui segala
sesuatu yang diperbuat oleh manusia.
c.
Tuhan hanya dapat diketahui
dengan cara negative, tidak ada ayat,
tidak ada anak dan lain-lain.
d.
Tuhanlah yang menjadikan alam
ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai peraturan.
Sebagai puncak pemikiran filsafat Plato adalah pemikirannya
tentang negara, yang tertera dalam polites dan Nomoi. Pemilirannya tentang negara ini sebagai upaya
Plato untuk memperbaiki negara yang dirasakan buruk.
Konsepnya
tentang negara di dalamnya terkait etika dan teorinya tentang negara. Konsepnya tentang etika sama seperti Socrates, yaitu bahwa tujuan hidup manusia adalah hidup
yang baik (eudaimania atau well-being) Akan tetapi,
untuk hidup yang baik tidak mungkin dilakukan tanpa di dalam polis (negara). Alasannya,
karena manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial dan kodratnya di
dalam polis (negara). Maka, untuk
hidup yang baik, dituntut adanya negara yang
baik. Sebaliknya, polis (negara) yang jelek atau buruk tidak mungkin menjadikan para warganya hidup dengan
baik.
Menurut
Plato, di dalam negara yang ideal terdapat
tiga golongan berikut:
a.
Golongan yang tertinggi, terdiri dari orang-orang yang meme- rintah(para penjaga, para filsuf.
b.
Golongan pembantu, terdiri dari para prajurit, yang bertugas untuk menjaga keamanan negara dan
menjaga ketaatan para warganya
c.
Golongan rakyat biasa, terdiri dari petani, pedagang tulang yang bertugas untuk memikul ekonomi
negara (polis).
Tugas
negarawan adalah mencipta keselarasan antara semua sehingga mewujudkan keseluruhan yang harmonis. Bentuk pemerintahan harus
disesuaikan dengan keadaan yang nyata.
Apabila
suatu negara telah mempunyai Undang-Undang
Dasar,
bentuk pemerintahan yang paling tepat adalah monarki. Bentuk
pemerintahan yang aristokrasi dianggap kurang tepat dan
sedangkan bentuk pemerintahan
yang terburuk adalah demokrasi. Sementara itu, apabila suatu negara belum mempunyai Undang-Undang
Dasar, bentuk
pemerintahan yang paling tepat adalah demokrasi, dan yang paling buruk adalah monarki. Konsep tentang negara ini tertera dalam Politeia (Tata negara)
Sumber: Achmadi,
Asmoro. 2008. Filsafat Umum. Jakarta:
PT RajaGrafindo Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar