Kamis, 24 November 2016

Mengapa Tiga Kecerdasan (IQ, EQ, dan SQ) Anak Harus Seimbang?

Saat ini, sistem pendidikan hanya mendewakan intelektual. Dampaknya, saat ini para pelajar mengalami krisis moral. Seperti yang dikatakan pendiri Emotional, Spiritual, and Quotient (ESQ) Leadership Center, Ary Ginanjar bahwa Narkotika dan kekerasan anak bangsa dikarenakan pendidikan yang tidak seimbang antara tiga kecerdasan manusia yakni intelektual, emosi, dan spiritual.
Secara umum, pengertian IQ, EQ, dan SQ adalah sebagai berikut:
IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan nalar manusia, yaitu kemampuan untuk menganalisis, menentukan, memahami, menentukan sebab-akibat, berfikir abstrak, berbahasa, memvisualisasikan sesuatu. IQ ini pada mulanya dipandang sebagai penentu keberhasilan seorang. Namun pada perkembangan IQ tidak lagi digunakan sebagai acuan paling dasar untuk menentukan keberhasilan manusia karena kecerdasan seseorang tidak dapat dilihat hanya dari kecerdasan otaknya saja.
EQ (Emosional Quotient) adalah pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Penggabungan pemikiran otak kiri (IQ) dan perasaan otak kanan (EQ) akan membuat keseimbangan di dalam diri manusia dengan baik. Dalam jangka panjang, kecerdasan emosional ini akan menjadi penentu keberhasilan individu, relasi dan dalam kepemimpinan dibanding dengan kecerdasan intelektual (nalar IQ). Namun, akan lebih baik jika manusia seimbang IQ dan EQ nya.
SQ (Spiritual Quotient) adalah pusat dari kecerdasan IQ dan EQ, dimana SQ ini yang akan mengarahkan kecerdasan yang lain. Jika SQ kita tinggi, tentu kecerdasan IQ dan EQ kita akan terarah kedalam kebaikan dan membawa manfaat kepada orang lain. Dan jika sebaiknya SQ kita rendah pengetahuan kita akan membawa dampak buruk pada orang lain. Sebagai contoh ada teman kita yang nilai rata-ratanya selalu bagus, tingat emosionalnya selalu bisa diatur dengan baik tetapi SQ dia rendah, maka mungkin saja kecerdasan yang dia miliki tidak akan membawa dampak baik pada orang lain. Bisa dikatakan akan merugikan, yang paling ekstrem kecerdasannya digunakan untuk mencuri dan membobol bank, dll.
IQ, EQ, dan SQ adalah 3 buah gabungan yang tidak bisa dipisahkan. Dalam hidup manusia, kecerdasan intelektual tidak akan sempurna tanpa kecerdasan emsional, dan tidak akan sempurna jika tidak dibarengi dengan kecerdasan spiritual. Seimbangnya IQ, EQ, dan SQ akan membuat jiwa kita menjadi lebih seimbang dalam menjalani hidup.
Menurut saya, adanya "mendewakan" intelektual di awali dari tuntutan keluarga terutama orang tua untuk memajukan kecerdasan intelektual kepada si anak. Orangtua hanya menyuruh anak-anaknya untuk belajar, belajar, dan belajar.  Dan itu menjadi penyebab ketidakseimbangan kecerdasan. Dan juga, nilai di sekolah sangat "didewakan" di sekolah. Banyak anak-anak nekat berbuat curang (mencontek) demi kepuasan sementara yaitu mendapatkan hasil ujian yang baik dan dapat membanggakan orangtua. Di manakah kecerdasan spiritual Anda? Padahal Anda tahu bahwa dalam agama, terutama Anda yang beragama Islam berbuat curang adalah hal yang dilarang. Jadi, apa penyebab ketidakseimbangan kecerdasan yang mengakibatkan krisis moral dikalangan pelajar? Penyebabnya adalah keinginan kuat untuk mendapatkan nilai yang bagus tanpa peduli cara mendapatkan nilai tersebut (intelektual).

Solusi:
Menurut saya, solusi untuk permasalahan ini adalah dengan memberikan bimbingan atau motivasi dan tuntutan yang seimbang untuk membantu menumbukembangkan tiga kecerdasan si anak dari keluarga maupun guru. Orangtua maupun guru tidak hanya membimbing anaknya untuk belajar, belajar, dan belajar guna menumbuhkembangkan kecerdasan intelektual saja, tetapi juga membimbing untuk menjalankan ibadah, berbuat baik, dan menjauhi sikap buruk seperti berbohong, mencontek, dan kegiatan keagamaan lainnya untuk menumbuhkembangkan kecerdasan spiritual, dan juga harus mampu membimbing si anak untuk bersabar, menahan amarah, pemaaf, dan sebagainya untuk menumbuhkembangkan kecerdasan emosional. Saya minta untuk orang tua maupun guru atau calon guru untuk mengurangi tuntutan nilai mata pelajaran A, B, atau C harus bagus. Tanamkan pada diri Anda (orang tua maupun guru atau calon guru) bahwa seseorang disebut cerdas tidak hanya dengan penggunaan otak kirinya yang baik. Otak manusia itu memiliki beberapa bagian yang isinya adalah memberikan banyak kecerdasan. Manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar