Selasa, 06 Desember 2016

Bertanggung Jawab terhadap Etika Lingkungan part 2


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memberikan pengaruh besar dalam kelangsungan hidup manusia secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan etika berkaitan dengan moral manusia atau pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Jadi etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.
Berbicara mengenai tanggung jawab terhadap etika lingkungan, terdapat hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik yaitu sejauh mana tanggung jawab kita terhadap lingkungan yang ada. Terdapat dua pengertian dari kata bertanggung jawab yaitu:
1.      Secara kausal, manusia memiliki tanggung jawab besar terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan, manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak bisa dipisahkan, karena lingkungan dapat menjadi sebuah penunjang kehidupan sehari-harinya, dan manusia dapat membawa perubahan terhadap lingkungannya, segala aktivitas yang dilakukan manusia akan berakibat pada lingkungan di masa depan. Lingkungan yang baik dapat terwujud apabila manusia itu sendiri dapat menjaga lingkungannya dengan baik.
2.      Secara moral, manusia adalah tanggung jawab. Mungkin kerusakan lingkungan terjadi  pada saat ini adalah akibat dari perilaku kita dalam memanfaatkan lingkungan yang tanpa batas dan etika. Dapat dikatakan kerusakan yang terjadi pada lingkungan berasal dari perilaku manusia yang tidak dapat memanfaatkan lingkungan dengan baik. Akibatnya terjadi pencemaran dan kerusakan alam yang akan menimbulkan permasalahan bagi kelangsungan hidup manusia sehari-hari, bahkan dapat mempengaruhi masa depan manusia yang akan datang.
Kita sebagai manusia yang tidak terpisahkan dengan lingkungan sehingga perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri. Kita mengetahui bahwa sangat pentingnya lingkungan untuk kelangsungan hidup kita, maka dari itu kita harus dapat menerima tanggung jawab moral untuk kualitas lingkungan hidup kita. Dalam menjaga kualitas lingkungan, dapat kita lakukan dengan cara memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas disekitar lingkungan untuk dijadikan sebagai barang yang lebih berguna, sehingga populasi sampah yang ada di lingkungan menjadi berkurang.
Namun dalam pengelolaan barang bekas akan lebih efektiif apabila didukung oleh beberapa pihak seperti halnya masyarakat sekitar pun harus ikut berkontribusi dalam kegiatan ini. Masih banyak lagi cara yang dapat dilakukan dalam menjaga lingkungan kita, misalnya dengan mengurangi polusi di lingkungan dengan membatasi merokok ditempat umum dan lain-lain, asalkan dilakukan secara kolektif tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang saja.
Dalam menciptakan tanggung jawab terhadap etika lingkungan dapat kita terima dari lingkungan sekolah dimana sekolah dapat dijadikan sebagai sarana individu dalam mengambil pelajaran untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Di sekolah dapat kita terapkan beberapa perilaku disiplin untuk menjaga lingkungan, misalnya dengan mendisplinkan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Orang tua juga dapat memberikan pendidikan kepadada anak-anaknya untuk menjaga lingkungan sekitar. Dengan memberikan pemahaman untuk melestarikan lingkungan yang akan memberikan pengaruh yang baik apabila kita menjaganya.
Secara keseluruhan menciptakan lingkungan yang beretika adalah tugas semua masyarakat yang ada, semuanya memiliki tanggung jawab terhadap etika lingkungan yang ada. lingkungan hendaknya selalu dijaga pelestariannya, keseimbanganya, dan keindahan alam, sehingga perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya. karena Lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup lainnya.

Standar Untuk Mengevaluasi Lingkungan Etika
Menunjukan etika lingkungan yang sehat atau tidak sehat
lingkungan fisik menjadi tidak sehat bagi orang-orang, karena beberapa dari lingkungan yang tercemar, misalnya secara langsung kondusif untuk penyakit tertentu. Lingkungan etika kadang-kadang dapat diartikan sebagai tempat kontribusi tidak langsung bagi kesehatan fisik atau kesehatan yang buruk. Lebih lagi, lingkungan etika mungkin secara psikologis tidak sehat. Penilaian beberapa kondisi atau keadaan sehat atau tidak sehat tampaknya menyerukan pandangan tentang pengamat ahli; tapi perspektif individu itu sendiri juga harus diperhitungkan. Standar kesehatan perlu dukungan dan masukkan dari standar langsung inklusivitas, di mana yang diartikan, tidak (mustahil) bahwa semua pandangan pertama orde sama-sama menyadari, tapi itu semua orang bisa mengenali diri mereka sebagai berbagi dalam etika lingkungan Hidup.
Setiap lingkungan etika memiliki konsekuensi yang berbeda.  Penilaian tentang lingkungan etika yang sehat atau tidak sehat ini melibatkan penilaian dari pengamat ahli, juga melibatkan perspektif dari masing-masing individu. Mungkin terdapat orang-orang yang memiliki preferensi kuat yang ingin mereka kejar, sebagai akibatnya lingkungan dijadikan sebagai tempat penempatan berbagai kendala yang mereka hadapi. Bagaimanapun, konsekuensi dari pengoperasian lingkungan etika harus bermanfaat pada keseimbangan tiap individu, apa pun preferensi mereka, itu merupakan hal yang harus dipraktekkan.
lingkungan dari waktu ke waktu, terlalu rapuh. lingkungan etika membutuhkan tingkat keberlanjutan.Untuk memnuhi kriteria lingkungan etika yang baik, tentunya keberlanjutan tidak terjadi dengan sendirinya. Memang sejauh ini, lingkungan etika belum sempurna, tapi kita semua berharap lingkungan etika kita dapat menampung beberapa perubahan internal sehingga tidak terjadi keruntuhan dan kekacauan.
'Melestarikan' lingkungan etika dianggap penting. lingkungan itu tidak harus fleksibel, sehingga ia dapat menanggapi keadaan yang berubah, sementara itu ia juga tidak kehilangan apa yang paling sentral dan penting. Lingkungan etis yang dapat melakukan hal ini memiliki manfaat keberlanjutan.Keberlanjutan lingkungan etis dari waktu ke waktu mungkin tidak kausal independensi.

Pentingnya Keanekaragaman di Lingkungan Etika
Dalam kasus lingkungan alam ada berbagai alasan untuk mendukung keragaman, baik dari dasar, habitat atau spesies. Seperti yang kita ketahui, bahwa dunia mengandung banyak jenis keragaman berbeda dari dasar dan habitat. Yang paling menonjol yaitu keragaman budaya. Budaya yang dimaksud disini yaitu makanan atau seni. Di dunia ini ada banyak jenis makanan yang berbeda dan banyak tradisi yang berbeda, dan kesenian yang lebih menarik dan lebih kaya dari dunia monokultural adalah musik.
Berakar dari budaya ini, kita dapat menyatakan fakta bahwa orang-orang memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana hidup, terutama karena pandangan tentang bagaimana hidup termasuk pandangan tentang bagaimana memperlakukan orang lain.

Terhadap Lingkungan Etis Satu Dimensi
Beberapa alasan untuk mencari dan mempertahankan keanekaragaman hayati di alam tidak ada hubungannya dengan estetika. Kita tahu bahwa pengurangan gen dan pengurangan kisaran habitat yang berbeda di dunia dapat membuat lingkungan alam kurang beradaptasi dengan perubahan masa depan yang kita sendiri tidak bisa memprediksinya secara rinci. Dalam kasus lingkungan etis, kita tidak bisa mengetahui secara detail apa tantangan etika kita yang mungkin dihadapi di masa depan. oleh karena itu, kita membutuhkan kekayaan sumber etis  untuk mengantisipasi hal tersebut.
Ingat pada kasus individu, dimana individu memerlukan aturan untuk menentukan mana yang benar dan salah. Tetapi sayangnya tidak ada jaminan atas hal tersebut. Meski aturan tersebut berharga, namun tidak bisa menjadi pengganti bagi individu mampu melakukan pemikiran mereka sendiri.
Hal serupa berlaku untuk kita bersama, jika kita mencoba untuk mengandalkan seperangkat gagasan etis. Misalnya ilustrasi masalah kontemporer kita dalam kaitannya dengan lingkungan alam. Banyak masyarakat modern mengandalkan terlalu lama pada ide dasarnya, bahwa sumber daya alam yang tersedia adalah untuk tujuan manusia tanpa batasan etika; sekarang kita lihat eksploitasi sumber daya tersebut telah membawa kita ke dalam masalah. Pada saat yang sama kita semakin menyadari bahwa sumber daya moralitas sulit untuk diterapkan pada hubungan kita dengan lingkungan alam.
Jika salah satu jenis sumber daya etis saja tidak cukup seperti yang kita tahu sekarang, tidak ada alasan untuk percaya diri bahwa satu-dimensi lingkungan etis bisa memberikan kami sumber daya untuk mengatasi masalah yang bahkan kami tidak mampu mengatasinya.


Sumber: Haydon, Graham. 2006. Education, Philosphy And The Ethical Environment. New York: Routledge

Tidak ada komentar:

Posting Komentar