Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar
manusia yang memberikan pengaruh besar dalam kelangsungan hidup manusia secara
langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan etika berkaitan dengan moral manusia atau pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Sedangkan etika berkaitan dengan moral manusia atau pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
Jadi etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral
manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.
Berbicara mengenai tanggung jawab terhadap etika
lingkungan, terdapat hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik yaitu
sejauh mana tanggung jawab kita terhadap lingkungan yang ada. Terdapat dua pengertian
dari kata bertanggung jawab yaitu:
1. Secara
kausal, manusia memiliki tanggung jawab besar terhadap perubahan yang terjadi
pada lingkungan, manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak bisa
dipisahkan, karena lingkungan dapat menjadi sebuah penunjang kehidupan
sehari-harinya, dan manusia dapat membawa perubahan terhadap lingkungannya,
segala aktivitas yang dilakukan manusia akan berakibat pada lingkungan di masa
depan. Lingkungan yang baik dapat terwujud apabila manusia itu sendiri dapat
menjaga lingkungannya dengan baik.
2. Secara
moral, manusia adalah tanggung jawab. Mungkin kerusakan lingkungan terjadi pada saat ini adalah akibat dari perilaku
kita dalam memanfaatkan lingkungan yang tanpa batas dan etika. Dapat dikatakan
kerusakan yang terjadi pada lingkungan berasal dari perilaku manusia yang tidak
dapat memanfaatkan lingkungan dengan baik. Akibatnya terjadi pencemaran dan
kerusakan alam yang akan menimbulkan permasalahan bagi kelangsungan hidup
manusia sehari-hari, bahkan dapat mempengaruhi masa depan manusia yang akan
datang.
Kita sebagai manusia yang tidak terpisahkan dengan lingkungan sehingga perlu
menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya selain dirinya sendiri. Kita
mengetahui bahwa sangat pentingnya lingkungan untuk kelangsungan hidup kita,
maka dari itu kita harus dapat menerima tanggung jawab moral untuk kualitas
lingkungan hidup kita. Dalam menjaga kualitas lingkungan, dapat kita lakukan
dengan cara memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas disekitar
lingkungan untuk dijadikan sebagai barang yang lebih berguna, sehingga populasi
sampah yang ada di lingkungan menjadi berkurang.
Namun dalam
pengelolaan barang bekas akan lebih efektiif apabila didukung oleh beberapa
pihak seperti halnya masyarakat sekitar pun harus ikut berkontribusi dalam
kegiatan ini. Masih banyak lagi cara yang dapat dilakukan dalam menjaga lingkungan
kita, misalnya dengan mengurangi polusi di lingkungan dengan membatasi merokok
ditempat umum dan lain-lain, asalkan dilakukan secara kolektif tidak hanya
dilakukan oleh satu atau dua orang saja.
Dalam
menciptakan tanggung jawab terhadap etika lingkungan dapat kita terima dari
lingkungan sekolah dimana sekolah dapat dijadikan sebagai sarana individu dalam
mengambil pelajaran untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Di
sekolah dapat kita terapkan beberapa perilaku disiplin untuk menjaga
lingkungan, misalnya dengan mendisplinkan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Orang tua
juga dapat memberikan pendidikan kepadada anak-anaknya untuk menjaga lingkungan
sekitar. Dengan memberikan pemahaman untuk melestarikan lingkungan yang akan
memberikan pengaruh yang baik apabila kita menjaganya.
Secara
keseluruhan menciptakan lingkungan yang beretika adalah tugas semua masyarakat
yang ada, semuanya memiliki tanggung jawab terhadap etika lingkungan yang ada. lingkungan
hendaknya selalu dijaga pelestariannya, keseimbanganya, dan keindahan alam, sehingga
perlu menyayangi semua kehidupan dan lingkungannya. karena Lingkungan
disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup
lainnya.
Standar Untuk Mengevaluasi
Lingkungan Etika
Menunjukan etika lingkungan yang
sehat atau tidak sehat
lingkungan
fisik menjadi tidak sehat bagi orang-orang, karena beberapa dari lingkungan
yang tercemar, misalnya secara langsung kondusif untuk penyakit tertentu. Lingkungan
etika kadang-kadang dapat diartikan sebagai tempat kontribusi tidak langsung
bagi kesehatan fisik atau kesehatan yang buruk. Lebih lagi, lingkungan etika
mungkin secara psikologis tidak sehat. Penilaian beberapa kondisi atau keadaan
sehat atau tidak sehat tampaknya menyerukan pandangan tentang pengamat ahli;
tapi perspektif individu itu sendiri juga harus diperhitungkan. Standar kesehatan perlu dukungan dan masukkan dari standar langsung inklusivitas, di
mana yang diartikan, tidak (mustahil) bahwa semua pandangan pertama orde
sama-sama menyadari, tapi itu semua orang bisa mengenali diri mereka sebagai
berbagi dalam etika lingkungan Hidup.
Setiap lingkungan etika memiliki konsekuensi yang
berbeda. Penilaian tentang lingkungan
etika yang sehat atau tidak sehat ini melibatkan penilaian dari pengamat ahli,
juga melibatkan perspektif dari masing-masing individu. Mungkin terdapat
orang-orang yang memiliki preferensi kuat yang ingin mereka kejar, sebagai
akibatnya lingkungan dijadikan sebagai tempat penempatan berbagai kendala yang
mereka hadapi. Bagaimanapun, konsekuensi dari pengoperasian lingkungan etika
harus bermanfaat pada keseimbangan tiap individu, apa pun preferensi mereka,
itu merupakan hal yang harus dipraktekkan.
lingkungan dari waktu ke waktu, terlalu rapuh.
lingkungan etika membutuhkan tingkat keberlanjutan.Untuk memnuhi kriteria lingkungan
etika yang baik, tentunya keberlanjutan tidak terjadi dengan sendirinya. Memang
sejauh ini, lingkungan etika belum sempurna, tapi kita semua berharap
lingkungan etika kita dapat menampung beberapa perubahan internal sehingga
tidak terjadi keruntuhan dan kekacauan.
'Melestarikan' lingkungan etika dianggap penting.
lingkungan itu tidak harus fleksibel, sehingga ia dapat menanggapi keadaan yang
berubah, sementara itu ia juga tidak kehilangan apa yang paling sentral dan
penting. Lingkungan etis yang dapat melakukan hal ini memiliki manfaat
keberlanjutan.Keberlanjutan lingkungan etis dari waktu ke waktu mungkin tidak
kausal independensi.
Pentingnya
Keanekaragaman di Lingkungan Etika
Dalam kasus lingkungan alam ada berbagai alasan untuk
mendukung keragaman, baik dari dasar, habitat atau spesies. Seperti yang kita
ketahui, bahwa dunia mengandung banyak jenis keragaman berbeda dari dasar dan
habitat. Yang paling menonjol yaitu keragaman budaya. Budaya yang dimaksud
disini yaitu makanan atau seni. Di dunia ini ada banyak jenis makanan yang
berbeda dan banyak tradisi yang berbeda, dan kesenian yang lebih menarik dan
lebih kaya dari dunia monokultural adalah musik.
Berakar dari budaya ini, kita dapat menyatakan fakta
bahwa orang-orang memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang bagaimana
hidup, terutama karena pandangan tentang bagaimana hidup termasuk pandangan
tentang bagaimana memperlakukan orang lain.
Terhadap
Lingkungan Etis Satu Dimensi
Beberapa alasan untuk mencari dan mempertahankan
keanekaragaman hayati di alam tidak ada hubungannya dengan estetika. Kita tahu
bahwa pengurangan gen dan pengurangan kisaran habitat yang berbeda di dunia
dapat membuat lingkungan alam kurang beradaptasi dengan perubahan masa depan
yang kita sendiri tidak bisa memprediksinya secara rinci. Dalam kasus
lingkungan etis, kita tidak bisa mengetahui secara detail apa tantangan etika
kita yang mungkin dihadapi di masa depan. oleh karena itu, kita membutuhkan
kekayaan sumber etis untuk
mengantisipasi hal tersebut.
Ingat pada kasus individu, dimana individu memerlukan
aturan untuk menentukan mana yang benar dan salah. Tetapi sayangnya tidak ada
jaminan atas hal tersebut. Meski aturan tersebut berharga, namun tidak bisa
menjadi pengganti bagi individu mampu melakukan pemikiran mereka sendiri.
Hal serupa berlaku untuk kita bersama, jika kita
mencoba untuk mengandalkan seperangkat gagasan etis. Misalnya ilustrasi masalah
kontemporer kita dalam kaitannya dengan lingkungan alam. Banyak masyarakat
modern mengandalkan terlalu lama pada ide dasarnya, bahwa sumber daya alam yang
tersedia adalah untuk tujuan manusia tanpa batasan etika; sekarang kita lihat
eksploitasi sumber daya tersebut telah membawa kita ke dalam masalah. Pada saat
yang sama kita semakin menyadari bahwa sumber daya moralitas sulit untuk
diterapkan pada hubungan kita dengan lingkungan alam.
Jika salah satu jenis sumber daya etis saja tidak
cukup seperti yang kita tahu sekarang, tidak ada alasan untuk percaya diri
bahwa satu-dimensi lingkungan etis bisa memberikan kami sumber daya untuk
mengatasi masalah yang bahkan kami tidak mampu mengatasinya.
Sumber: Haydon, Graham. 2006. Education, Philosphy And The Ethical Environment. New York: Routledge
Sumber: Haydon, Graham. 2006. Education, Philosphy And The Ethical Environment. New York: Routledge
Tidak ada komentar:
Posting Komentar