Interpretasi dan
Ketidaksepakatan
Dalam sub bab ini membahas mengenai perbedaan interpretasi yang ada
dilingkungan etis. Perbedaan interpretasi berawal dari gagasan yang
berbeda-beda yang ada di dalam lingkungan etis. Contoh dari perbedaan
interpretasi ini adalah bagaimana setiap individu memandang suatu perbuatan
sebagai benar atau salah. Setiap individu pasti memiliki pendapat yang berbeda mengenai
pandangannya terhadap suatu perbuatan dan menilai hal itu benar atau salah.
Perbedaan interpretasi juga dapat terlihat dari perbedaan prinsip setiap
individu. Prinsip-prinsip yang berbeda ini paling dapat terlihat pada waktu dan
tempat yang berbeda. Contohnya pada prinsip loyalitas, prinsip kehormatan, dan
prinsip kesucian.
Juga cara memandang kehidupan yang baik menjadi persoalan pada perbedaan
interpretasi. Maksudnya sebagian orang mungkin
menganggap bahwa kehidupan yang baik adalah dengan terpenuhinya
prestasi, kekayaan, kenyamanan fisik, kesehatan, reputasi yang baik. Sedangkan,
sebagian orang lainnya menganggap bahwa kehidupan yang baik itu bukan sekedar itu, tapi juga dengan mempunyai
hubungan yang baik dengan orang tua dan dapat melakukan pelayanan public.
Dari semua penjelasan diatas, itu hanya membahas mengenai perbedaan dalam
hal penafsiran. Dan yang paling penting dari perbedaan diatas adalah bagaimana
perbedaan gagasan itu dipahami.
Kebudayaan
Kebudayaan yang dibahas disini adalah kebudayaan dari pendapat Kymlicka
bahwa kita dapat memahami “budaya” dalam arti yang luas. Terkadanag budaya
dikenal dengan merujuk pada geografis. Misalnya orang menyebut budaya Cina, budaya Indonesia, dsb. Budaya
juga sering dikaitkan dengan kebangsaan, misalnya budaya Indonesia, budaya
Spanyol, dsb. Kemudian ada juga kalsifikasi budaya oleh agama, misalnya budaya
Hindu, budaya Islam, dan lain sebagainya. Terkadang budaya sering dikaitkan
dengan etnis. Hal ini sepertinya agak keliru. Kita bisa membuat perbedaan yang
jelas antara budaya dan etnis jika kita membahas “etnisitas” dengan apa yang
dijelaskan pada biologi, dalam bahasan tentang DNA.
Pemahaman mengenai budaya dalam bahasan diatas benar, kecuali yang
mengaitkan budaya dengan etnis. Karena menurut Waldorn (Waldron, 1996:96),
sesuatu yang mendekati definisi umum, mengatakan budaya masyarakat adalah cara
untuk melakukan hal-hal, terutama hal-hal yang dilakukan bersama-sama,
sepanjang hidup seluruh manusia, bahasa, tata kelola, ritual keagamaan,
upacara, struktur keluarga, bahan produksi dan dekorasi, ekonomi, ilmu
pengetahuan, peperangan dan perasaan sejarah.
Dimensi Budaya
Dimensi budaya ini menjelaskan batasan
tentang budaya yang berbeda, membantu kita untuk mengatur pemikiran kita
tentang variasi budaya dan untuk memahami beberapa dimensi lain yang telah
diidentifikasi. Di antaranya yaitu dimensi yang telah diidentifikasi oleh
Hofstede (1991): 'Power-Distance', yang mengacu pada jarak antara mereka dengan
kekuatan (atau otoritas dirasakan) dan orang-orang dibawah mereka. Beberapa
antropolog sosial, Benedict (1946), memiliki budaya malu dan budaya rasa
bersalah. Dalam budaya malu, menghindari rasa malu atau mengejar kehormatan
yang motivasi dengan kuat untuk bertindak sesuai dengan norma-norma. Malu,
penghormatan dan penghinaan berakar pada bagaimana seseorang di pandang oleh
orang lain.
Budaya
Sekolah
Budaya sekolah menjelaskna mengenai pembicaraan budaya dalam
konteks sekolah. Dimana hal itu membahas mengenai cara agar nilai-nilai
diinterpretasikan, apa yang dianggap diterima atau tidak dapat diterima, dipuji
atau tercela, dan apakah sesuatu dianggap wajib atau dikesampingkan.
Beberapa
Konstituen dari Lingkungan Etika Global
·
Dimana-mana tempat ada kemungkinan beberapa pengakuan
dari harapan moral atau aturan perilaku.
·
Dimana-mana tempat juga ada kemungkinan akan
pengakuan beberapa kualitas pribadi sebagai yang diinginkan dan dikagumi. Ada
ruang variasi untuk beberapa kualitas ini.
·
Dimana-mana tempat orang akan memiliki beberapa
persediaa pemahaman, bersama dengan orang lain di sekitar mereka untuk sebuah
tingkat yang lebih besar atau lebih kecil, dari apa yang membuat kehidupan
menjadi baik.
Kita bisa
menambahkan bahwa pengakuan dari pentingnya etika pendidikan sendiri meluas
bersama tentang lingkungan etis, sementara konsep khusus dari pendidikan yang
lebih spesifik misalnya seperti pendidikan moral, pendidikan kewarganegaraan
atau pendidikan karakter mungkin memiliki arti penting khusus dalam berbagai
lingkungan. Bab berikutnya akan mulai melihat lebih terinci ide-ide peran
pendidikan dalam lingkungan etika.Sumber: Haydon, Graham. 2006. Education, Philosphy And The Ethical Environment. New York: Routledge
Tidak ada komentar:
Posting Komentar